16 Juli 2009
Dari hotel, pagi itu kami naik taksi pink lagi ke Grand Palace. Argonya cuma TB 80 (approx. IDR 24 rb). Lagi-lagi ketemu supir taksi yang bahasa enggresnya ‘ajaib’….aku ga mudeeeeng! dia ngomong atau merapal mantra :D
Tiket masuk TB 350 (approx. IDR 100 rb) sudah termasuk tiket untuk istana Vimanmek Mansion, The Dusit Throne Hall, Sanam Chandra Palace, dan beberapa tempat lagi yang berlaku selama satu minggu.
Menurut informasi, bulan Juli bukan peak-season, dan di GP sedang dilakukan renovasi di beberapa bagian; banyak yang ditutupi safe-net dan perancah untuk renovasi. Tapi Grand Palace tetap penuh turis, yang kalau aku amati kayaknya turis domestik. Kali ini kami juga masuk ke museum The Pavilion of Regalia, Royal Decorations and Coins, yang berisi barang2 kerajaan yang terletak di samping pintu masuk GP.
Selesai muter2 GP aku ajak mama dan Wik makan dulu. Ternyata disisi barat kompleks GP (yang ada lapangannya) banyak resto2 kecil yang menu dan desain restonya menarik.
Habis makan, naik tuk-tuk ke Wat Pho. The Reclining Budha. Seperti yang aku duga, Ma dan Wik gak “ora nggumun” liat Budha tidur ini, sambil lalu saja mereka masukin koin2 ke bejana para biksu.
Kompleks Wat Pho ternyata luas, dibelakang bangunan Budha tidur ada biaranya. Kami sempat muter2 di dalam.
Habis makan, naik tuk-tuk ke Wat Pho. The Reclining Budha. Seperti yang aku duga, Ma dan Wik gak “ora nggumun” liat Budha tidur ini, sambil lalu saja mereka masukin koin2 ke bejana para biksu.
Kompleks Wat Pho ternyata luas, dibelakang bangunan Budha tidur ada biaranya. Kami sempat muter2 di dalam.
Jam 1400 an kami naik taksi balik hotel. Mama dan Wik istirahat, aku minggat lagi muter-muter area Siam Square.
Kira2 jam 1800 kami ke Siam Paragon. Disini nemu lagi pesanan Iwan, lebih bagus dan lebih murah dibanding yang di KL. Beli lagi 4 items! Sampai hampir toko tutup, kami nge-jogrok di bagian gift center.
Kira2 jam 1800 kami ke Siam Paragon. Disini nemu lagi pesanan Iwan, lebih bagus dan lebih murah dibanding yang di KL. Beli lagi 4 items! Sampai hampir toko tutup, kami nge-jogrok di bagian gift center.
Keluar dari Siam Paragon, nongkrong dulu di plaza Siam Paragon liat air muncrat. Lucu banget! Karena air muncrat ini di set kadang nyembur, kadang mati. Banyak orang yang iseng berdiri di tengah area air muncrat, kalau ‘sial’ ga sempat menghindar ketika tiba2 air nyembur :D
Dari Siam Paragon ke hotel jalan kaki paling 5 menit. Sepanjang jalan sudah berubah jadi pasar malam; jalanan dipenuhi kaki lima kayak di Patpong night market. Ada cewe penjual gelang yang cantik banget. Aku bilang ke Wik, “kalau di Indonesia pasti dia sudah jadi artis sinetron” :D Waktu aku ngomong gitu, Wik tanya “Arep diajak bali tha?”
Hehe…plis deh!
Hehe…plis deh!
17 Juli 2009
Mama dan Wik ga mau ke Ayuthaya. . “mau lihat apaaa?” tanya mereka. Hehe…emang beda aliran. Mereka pasti membayangkan suasana Borobudur atau Prambanan.
Tapi aku rada memaksa ke Vimanmek. Aku bilang ke mama dan wik, mosok cuma shopping!
Jadilah pagi ini kami naik taksi ke Vimanmek. Ketemu supir taksi ga bisa enggres lagi! Huh! Waktu aku sebut ‘Vimanmek’, supir taksinya ga mudeng, setelah aku lafalkan vimanmek dengan macam2 cara, akhirnya di mudeng juga. Dasar lidah turis :D
Jam 0900 kami sudah sampai, dan Vimanmek sudah dipenuhi rombongan anak2 sekolah yang berisik kayak sekandang parkit! Di Vimanmek, disediakan guide bahasa inggris dan thai secara terjadwal dan gratis. Kami ngikut yg Inggris saja.
Rombongan kami : Ma, aku, Wik, dam 2 cewe bule dari scotland. Untuk menempuh seluruh bagian istana dibagi menjadi 4 sequence, dengan 4 guide yang berbeda. Kali ini kami mendapat informasi yang runut dan jelas.
Ternyata, urutan masuknya kudu lewat pintu depan di bagian banguna yang bulat, bukan menyelinap lewat pintu samping :D
Later, pas antri check-in penerbangan balik ke KL, ketemu sama guide berbahasa Indonesia yang dulu ketemu di Vimanmek bawa rombongan dari Indonesia. Kayaknya memang dia guide yang wira-wiri ke bangkok bawa turis Indonesia. (*hmm… kayaknya kalau cuma kerjaan gitu aku juga mau dan mampu! Hehe)
Di Vimanmek, kami ga hanya ngideri bangunan utama, tapi juga museum kereta, museum pangeran dan beberapa istana kecil lainnya. Pas dibagian ini tidak tersedia guide, tapi ketemu rombongan dari Taiwan yang pakai guide berbahasa mandarin, jadi aku ajak mama nempel rombongan ini. Lumayan mama bisa ikut ndengerin si guide mandarin. Gratis :D
Tapi aku rada memaksa ke Vimanmek. Aku bilang ke mama dan wik, mosok cuma shopping!
Jadilah pagi ini kami naik taksi ke Vimanmek. Ketemu supir taksi ga bisa enggres lagi! Huh! Waktu aku sebut ‘Vimanmek’, supir taksinya ga mudeng, setelah aku lafalkan vimanmek dengan macam2 cara, akhirnya di mudeng juga. Dasar lidah turis :D
Jam 0900 kami sudah sampai, dan Vimanmek sudah dipenuhi rombongan anak2 sekolah yang berisik kayak sekandang parkit! Di Vimanmek, disediakan guide bahasa inggris dan thai secara terjadwal dan gratis. Kami ngikut yg Inggris saja.
Rombongan kami : Ma, aku, Wik, dam 2 cewe bule dari scotland. Untuk menempuh seluruh bagian istana dibagi menjadi 4 sequence, dengan 4 guide yang berbeda. Kali ini kami mendapat informasi yang runut dan jelas.
Ternyata, urutan masuknya kudu lewat pintu depan di bagian banguna yang bulat, bukan menyelinap lewat pintu samping :D
Later, pas antri check-in penerbangan balik ke KL, ketemu sama guide berbahasa Indonesia yang dulu ketemu di Vimanmek bawa rombongan dari Indonesia. Kayaknya memang dia guide yang wira-wiri ke bangkok bawa turis Indonesia. (*hmm… kayaknya kalau cuma kerjaan gitu aku juga mau dan mampu! Hehe)
Di Vimanmek, kami ga hanya ngideri bangunan utama, tapi juga museum kereta, museum pangeran dan beberapa istana kecil lainnya. Pas dibagian ini tidak tersedia guide, tapi ketemu rombongan dari Taiwan yang pakai guide berbahasa mandarin, jadi aku ajak mama nempel rombongan ini. Lumayan mama bisa ikut ndengerin si guide mandarin. Gratis :D
Dari Vimanmek, kami ke Khaosan, naik taksi turun di depan kantor polisi. Karena siang hari, suasanyanya ga seheboh malam hari. Aku ajak mama dan Wik menyusuri Khaosan yang menurut mereka kurang menarik, trus ke Soi Rambutri. Aku sudah ketakutan ketemu resepsionis hotel Rambuttri Vilage yang ngomong, “ooowhhh… I knowww youuuu!...” *gubrak!! Bisa2 ketahuan!!
Aku ajak ma dan Wik nongkrong di taman Phra Sumen sebentar. Trus ke dermaga Phra Arthit beli tiket naik perahu ke Central Pier. Dermaga Phra Arthit sudah punya ‘terminal’ sendiri; yang jual tiket ga cuma di meja butut dengan payung, tapi sudah ada ruang tunggunya juga. Mama dan Wik Sigap naik perahunya.
Kami turun di Central Pier trus disambung BTS ke Siam Square, balik hotel. Aku jalan2 lagi sendiri, ke warnet lagi.
Sorenya, kami ke Siam Discovery dengan tujuan utama LoFt! Sebuah gift shop kelas dunia. Barangnya keren-keren! Jualan mulai jepetan rambut, boneka, tas, sarung bantal, dll..
Kami habiskan malam itu di ngubek-ngubek LoFt.
Sorenya, kami ke Siam Discovery dengan tujuan utama LoFt! Sebuah gift shop kelas dunia. Barangnya keren-keren! Jualan mulai jepetan rambut, boneka, tas, sarung bantal, dll..
Kami habiskan malam itu di ngubek-ngubek LoFt.
klik di sini untuk kembali ke entry utama
No comments:
Post a Comment